Menjadi santri, Entrepreneur Sejati

Menjadi santri, Entrepreneur Sejati

 

Kata entrepreneurship yang dahulunya sering diterjemahkan dengan kata kewiraswastaan akhir-akhir ini diterjemahkan dengan kata kewirausahaan. Entrepreneur berasal dari bahasa Perancis yaitu entreprendre yang artinya memulai atau melaksanakan. Wiraswasta atau wirausaha berasal dari kata: Wira yaitu utama, gagah berani, luhur; Swa: sendiri; Sta: berdiri; dan Usaha: kegiatan produktif. Hisrich, Peters, dan Sheperd (2008:h 10) mendifinisikan “Kewirausahaan adalah proses penciptaan sesuatuyang baru pada nilai menggunakan waktu dan upaya yang diperlukan, menanggung risiko keuangan, fisik, serta risiko sosial yang mengiringi, menerima imbalan moneter yang dihasilkan, serta kepuasan dan kebebasan pribadi”.

Kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai pengambilan risiko untuk menjalankan usaha sendiri dengan memanfaatkan peluang-peluang untuk menciptakan usaha baru atau dengan pendekatan yang inovatif sehingga usaha yang dikelola berkembang menjadi besar dan mandiri dalam menghadapi tantangan-tantangan persaingan (Nasrullah Yusuf, 2006).

Ma’had bahrul huda adalah pesantren yang terintegrasi dengan dua lembaga pendidikan yakni SMP Bina Anak Sholeh dan SMA Al Huda Boarding School Tuban. Kedua sekolah tersebut menjalankan sistem boarding school, yakni siswa baik dari SMP maupun SMA harus berada di lingkungan Asrama. Boarding school adalah similar dari bentuk pesantren masa kini yang di modernisasi menjadi sedemikian rupa dengan berbagai kemajuan fasilitas dan sistem terpadu antara pondok dengan sekolah. Ma’had bahrul huda adalah salah satunya, boarding school yang berada dibawah naungan LPI Bina Anak Sholeh dengan visi utamanya membentuk generasi yang berkepribadian muslim dan berprestasi optimal. Boarding school adalah salah satu alternative pesantren masa kini untuk mengembangkan 3 fungsi utama kepesantrenan menurut Suhartini (2005) yakni: pertama, sebagai pusat pengkaderan pemikir-pemikir agama (center of excellent); kedua, sebagai lembaga yang mencetak sumber daya manusia (human resource); ketiga, sebagai lembaga yang mempunyai kekuatan melakukan pemberdayaan pada masyarakat (agent of development). Tiga fungsi inilah yang akan menjadi tolok ukur berhasilnya sistem pendidikan di pesantren/boarding school.

secara umum, tiga fungsi tersebut sudah berjalan di lingkungan ma’had bahrul huda dengan berbagai kegiatan pengembangan santri mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali. Memperhatikan begitu pesatnya perkembangan millenials yang luar biasa saat ini, bapak Pembina yayasan, menginginkan pesantren ini menjadi pioneer pesantren entrepreneur modern lewat berbagai terobosan yang dilakukan. Beliau ingin mewariskan jiwa entrepreneurnya kepada para santri, lewat berbagai program sinergi yang ada dilingkungan ma’had bahrul huda diantaranya adalah:

  1. Kewirausahaan

Berbagai usaha yang dilakukan lembaga dalam mengembangkan jiwa kewirausahaan santri adalah dnegan memberikan materi wajib dalam pembelajaran di kelas berupa prakarya. Prakarya menjadi mata pelajaran wajib dalam kurikulum di smp bina anak sholeh dan sma al huda boarding school tuban. Ini adalah salah satu langkah untuk mengenalkan kepada mereka tentang berbagai macam dunia kewirausahaan. Selain itu, dilingkungan ma’had juga sudah dibuatkan kolam pembudidayaan lel dengan metode biovlog. Lewat kolam-kolam lele ini para santri juga bisa mengembangkan jiwa kewirausahaannya dengan ikut serta dalam proses pembudidayaan. Baik dimulai dari pembibitan, pewaratan dan dampai pada proses panen. Lingkungan pesantren yang juga berada di wilayah persawahan dan perkebunan memberikan siswa banyak kesempatan untuk belajar lebih tentangf berbagai hal yang ada di lingkungannya.

  1.  Leadership

Menjadi seorang wirausahawan, tidak cukup hanya berbekal ilmu kewirausahaan saja, tapi juga perlu yang namanya jiwa kepemimpinan yang baik dan managemen yang bagus. Lewat OPM di ma’had dan OSIS di masing-masing sekolah, santri dilatih untuk menjadi pribadi yang kreatif, tangguh dan inovatif. Mereka juga terbiasa melaksanakan public speaking lewat program kultum setiap selesai sholat fardlu, dari sinilah mereka akan terbiasa untuk berbicara dan menyampaikan gagasan di muka umum. Pembiasaan untuk menjadi seorang pemimpin sangatlah diterapkan disni. Lewat pembiasaan tersebut santri makin termotivasi untuk bisa menjadi leader bagi dirinya, dan juga teman-temannya.

  1. Kreativitas

Dunia mellenials saat ini, tidak hanya melulu tentang pekerjaan kantoran dan menjadi pegawai saja. Karena jika kita bertanya kepada anak-anak kita saat ini tentang apa cita-cita mereka, mayoritas akan menjawab menjadi youtuber, produser, desainer grafis, penyanyi dan berbagai bidang kreatif lain saat ini. Maka dari itu, cara mendidik saat ini juga perlu pengembangan dari berbagai hal yang dewasa ini perlu untuk diberikan kepada siswa.

  1. Akhlaqul karimah

Bekal ilmu dan pengalaman yang sudah diberikan kepada siswa menjadi hal wajib bagi mereka untuk mampu menjadi seorang wirausahawan masa kini. Namun, ilmu dan pengalaman tersebut perlu diimbangi dengan attitude yang baik agar mereka mampu menjadi seorang wirausahawan yang handal sekaligus jujur dalam setiap perilakunya. Hal ini penting, melihat betapa minimnya moral dan tingginya rasa hedonism masyarakat kita saat ini. Oleh karena itulah, santri kita perlu menjadi seorang figure yang mampu menjadi contoh bagi wirausahawan lain lewat unggulnya intelektualitas dan anggunnya moralitas.

 

Begitu banyak hal produktif yang bisa dikembangkan di lingkungan ma’had bahrul huda oleh para santri, tidak hanya melulu tentang nilai akademik tapi juga pengembangan keagamaan lewat kegiatan diniyah, tahfidz, bahasa dan lain sebagainya, tapi juga seimbang dengan pengembangan jiwa kewirausahaan santri. Semoga mereka mampu berkompetisi di zaman millenials saat ini bukan hanya dengan bekal ilmu saja tapi juga dengan keanggunan akhlaq mereka dimanapun berada.(elz)